Telat Sayang

Dulu, sebelum sekalipun saya mengajar di dalam kelas. Pernah saya baca buku tulisan pak Munif Chatib yang berjudul "Sekolahnya Manusia" dan "Gurunya Manusia".

Kedua bukunya mengusung tentang konsep praktis Multiple Intelligences atau  Kecerdasan Jamak.
(Saking tertariknya, sampai skripsi saya pun membahas MI)

Dalam bukunya, ia mengurai tentang bagaimana semestinya sosok anak dididik serta bagaimana semestinya siswa dilihat oleh para pendidiknya.

Anggapan yang perlu dibangun oleh para guru:

1. Setiap anak istimewa
2. 'Hak mengajar' itu di tangan siswa (siswa yang menentukan mau diajarkan oleh sang guru atau tidak. Dan akan tercermin dari respon anak saat belajar). 

Kedua hal tersebut yang selalu saya coba ingat betul-betul. Maka, ketika saya mengajar, PR besar saya adalah MENCARI POTENSI murid.

Melihat dengan seksama gerak-gerik beserta kebiasaannya

Menerka apa potensinya

Kemudian mencari cara, bagaimana supaya potensinya tidak hilang

Konsekuensi pertama yang harus saya lakukan adalah menjamin rasa aman dan kepercayaan. Ini hampir sukses saat saya terapkan di kelas. Dan anak-anak cenderung lebih mau menerima saya.

Tapi, kali ini saya sadari. Bahwa masih ada bumbu rahasia lainnya, yakni ketegasan.

Artinya,
Suara lantang itu harus saya punya

Keberanian dan ketegaan menerapkan hukuman harus saya lakukan

Kehormatan saya di mata mereka pun harus saya jaga betul-betul

Tidak boleh pandang bulu. Satu peraturan berlaku untuk semua. Tentu dengan lebih dulu dilakukan kesepakatan bersama.

Kenapa tegas itu perlu?

Supaya saat saya tangkap satu anak yang hendak berlari keluar kelas, anak-anak yang lain tidak lantas ikutan ngabur.

Kenapa rasa aman dan kepercayaan itu perlu?

Karena terkadang anak-anak butuh diusap kepalanya, punggungnya, dan pipinya. Supaya mereka merasa yakin bahwa kita tak akan membuatnya terluka dan lalu siap mendengar ceritanya.

Dan supaya tak ada keraguan jika mereka ingin jadi diri mereka sendiri. (Ini akan memudahkan guru menerka dan memfasilitasi potensi anak, insya Allah)

Maka bersabar saja, jikalau telinga mereka belum sepenuhnya mau mendengar seruanmu.

Maka bersabar saja, jika mereka masih sibuk sendiri bahkan ketika kamu sudah pasang wajah jutek atau marah.

Maka bersuaralah lebih lantang, supaya mereka lebih awas.

Maka berdoalah supaya seberapa pun 'menggemaskannya' mereka hari ini. Semoga Allah senantiasa jadikan mereka anak sholih yang kelak mau tunduk pada seruanmu yang baik.

Dan bersabarlah jikalau sayang mereka padamu telat...😅





#yuksabar
#semangatbertanggungjawab
#marimenjadisholih
#ayooptimis







Bersama bayang-bayang, bagaimana ya KBM esok. 😅

28 Juli 2016

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Petualangan

Prasangka

Adik dan Kakak