Fenomena Kognisi

Ada banyak alasan mengapa orangtua sekarang tidak lagi ragu untuk menyekolahkan anaknya di Taman Kanak-kanak. Kalau zaman saya kecil, yang ikut TK masih sedikit. Belum banyak yang tertarik.

Saya begitu penasaran sampai tak tahan untuk bertanya. Beberapa orang menjawab, supaya anak saat SD sudah siap belajar, ada pula yang beralasan supaya anak belajar bersosialisasi, dan adapula yang ingin anaknya punya kesibukan yang baik.

Semua alasan di atas masuk akal. Dan tentu sudah melalui pertimbangan. Terlebih sekarang anak usia SD dituntut untuk sudah mampu calistung.

Pada akhirnya, hal ini pun mempengaruhi beberapa sekolah untuk menyesuaikan kurikulum maupun bahan ajarnya. Mereka mengondisikan, 'bagaimana supaya lulusan sekolahnya dapat diterima di SD yang baik (seluruh syarat terpenuhi)'.

Amat disayangkan, terkadang keputusan ini menyebabkan anak sejak usia dini cenderung lebih fokus pada sisi kognisi (calistung).

Pengamatan

Tapi sungguh mencengangkan. Ketika saya amati anak-anak ketika beraktifitas sehari-hari. Dan sesekali saya membaca acuan kurikulum pemerintah. Saya dapati beberapa hal:

1. Aqidah & Akhlak
Kedua hal ini amat sangat penting ditanamkan sejak dini. Karena mereka akan akrab dengan habit yang baik.

Mereka mudah menyerap dan memahami. Serta mudah 'dibentuk', karena mereka jarang membantah, tapi cenderung 'penasaran/ingin tahu'.

2. Emosi
Pengelolaan emosi pada anak pun amat penting. Kenapa? Karena zaman sekarang anak usia SD bahkan TK pun memikul banyak tuntutan. Harus bisa ini itu. Dan beberapa orang dewasa kurang paham/sulit mengetahui 'apakah anak sudah siap menerima tuntutan itu'.

Bagi anak-anak yang jarang diberi pengertian maupun bimbingan ketika kebingungan atau saat mengalami kesulitan, bukan tidak mungkin mereka akan mengalami stres.

Terlebih jika ia belum mampu mengenali emosi apa yang tengah ia rasakan (marah, sedih, senang, takut, bingung, dll).

Belum mengetahui mengapa ia merasakan emosi itu (kenapa ya aku marah, kenapa ya aku takut).

Dan belum tahu bagaimana mengelola emosinya (misal, kalau marah harus bagaimana supaya hilang marahnya, bagaimana kalau senang, ia tidak jadi sombong, dll)

Ia akan makin tertekan dan yang parahnya, bisa jadi ia sulit berkonsentrasi dalam belajar dan sulit bersosialisasi dengan teman (misal, cenderung egois atau pemarah).

3. Motorik
Anak-anak terutama anak laki-laki memiliki kemampuan fisik yang potensial. Mereka amat senang berlari kencang, meloncat, menendang, memukul, atau bentuk aktifitas fisik lainnya.

Maka, amat disayangkan kalau potensi ini tidak diperhatikan (mendapat porsi yang sedikit). Karena jika potensi ini tidak tersalurkan dengan baik, terkadang bisa menghambat konsentrasi belajarnya.

Kebanyakan anak perempuan cenderung tidak terlalu menonjol (biasa saja) dalam hal motorik. Anak perempuan justru cenderung menonjol di sisi emosi.

4. Kognisi
Banyaknya mata pelajaran tingkat SD untuk kelas 1. Menuntut anak sudah mampu membaca (padahal tidak ada aturan tertulis, siswa TK wajib bisa membaca saat lulus).

Namun karena hanya buku yang kebanyakan jadi media ajar. Maka mau tak mau anak harus sudah bisa membaca.

Salah?

Ga juga..😁

Tapi yang disesalkan adalah ketika sekolah dan guru lupa pada ketiga aspek lainnya yang tak kalah penting.

Lupa bahwa Pembiasaan penerapan nilai akidah dan akhlak harus didahulukan,

Lupa bahwa anak-anak perlu belajar mengelola emosinya supaya menjadi pribadi yang sholih dan mampu hidup bersama dengan orang lain,

Dan lupa bahwa 'bergerak aktif' adalah potensi yang dimiliki kebanyakan anak sehat.

CATATAN

Ternyata ketika setiap hari anak diajak berlatih membaca dan berhitung, masing-masing 10 menit saja dalam sekali belajar (sehari minimal dua kali belajar). Dan jika dilakukan secara teratur, insya Allah anak akan lekas mahir membaca dan berhitung (dilakukan sekitar satu tahun penuh)...😊

Kemampuan kognisi bisa ditingkatkan seiring berjalannya waktu.

Tapi tidak dengan akidah-akhlak, emosi serta motorik. Ketika potensi anak dalam ketiga hal ini tertunda, maka anak akan ketinggalan cukup jauh.

Sulit diajak sholat, sulit diatur jika dinasihati, masih suka egois, sulit untuk diam (bahkan saat belajar), ini beberapa contoh akibatnya.

Tapi tentu contoh ini bisa juga disebabkan oleh faktor lain, misal genetik atau kebiasaan keluarga atau pergaulan anak.

Allahua'lam bishowab




#masihhipotesis
#belumdijaminvalid
#semangatmengamati😊

9 Juli 2016

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Petualangan

Prasangka

Adik dan Kakak