Menua Bersama
Mereka duduk berdua di sana..
Di atas singgasana sederhana berupa sepasang kursi plastik berwarna merah dan putih.
Mereka memulai hidup bersama mulai dari rumah gubuk tak berkursi.
Kemudian waktu berlalu, mereka yang pengantin baru berganti peran menjadi calon ayah & ibu.
Maka segala persiapan diupayakan. Merapikan rumah, melengkapi perabotan yang diperlukan, dan terus menabung jika masa yang dinanti tiba.
Terus berlalu sang waktu hingga rumah gubuknya berubah menjadi rumah berdinding bata dan bertingkat dua.
Yang tadinya tinggal berdua, lalu tinggal bertiga, berempat, dan berlima. Bertambah seorang anak dan dua adik yang ikut merantau.
Waktu terus bergulir. Sang adik pun menikah dan hidup jauh terpisah. Tersisa tiga. Kemudian tetiba terjadi hal yang tak terduga, mereka akan segera memiliki seorang anak lagi. Jadilah kini mereka berjumlah empat.
Dan masa tak lekas berhenti.
Kini sepasang insan tengah duduk berdua. Menyaksikan sepotong kisah dunia lewat layar kaca.
Berdua saja. Hanya duduk berdua.
Lantas terlantun cerita, segelak tawa, atau hanya tatapan serius memperhatikan berita.
Mereka menyaksikan itu berdua.
Mereka melaluinya berdua.
Merangkai lembar cerita bersama.
Melangkah bersama.
Menikmati setiap rasa sakit, lelah, senang, susah, tangis dan tawa bersama.
Pun ketika kini waktu membuat rambut mereka perlahan memutih. Dan tubuh mereka mulai lemah. Mereka tetap menua bersama.
Amarah tak lantas membuat sang pria 'ringan tangan'
Amarah tak lantas membuat sang wanita mencari-cari 'pelarian'
Kesusahan hidup tak lantas membuat mereka hendak berpisah
Dan kenikmatan hidup tak lantas membuat mereka lupa cara saling mencinta
Maka memulai perjalan dari 0 adalah memang tugas kita
#feelingblessed
#lovemyparents
#alhamdulillah
#KeepCalm&SpiritOn
#bismillah
With Love in My Tears
8th Oct 2016
Komentar
Posting Komentar