Umar dan Revolusi Kesejahteraan
"Kami semua berharap agar semua orang-orang kaya berkumpul kemudian mengembalikan harta-harta yang tidak bersih kepada orang-orang fakir sehingga kita semua memiliki taraf hidup yang sama-sama berkecukupan. Dan akulah orang yang pertama kali akan melakukan itu!. "
" Tidaklah seseorang di antara kalian datang kepadaku untuk mengadukan kebutuhannya, melainkan aku pasti akan memenuhi kebutuhannya semampuku. Dan jika apa yang aku miliki tidak mencukupi, maka aku berharap bisa menebusnya dengan diriku serta daging yang menempel di sana (di tubuhnya) , sehingga kehidupan kami sama dengan mereka."
Demikianlah khutbah sang pemimpin, Umar bin Abdul Aziz. Cicit Umar Ibn Al Khattab, yang selama dua puluh sembilan bulan masa pemerintahannya sanggup mengubah kondisi umat Islam menjadi aman, tentram dan sejahtera. Hanya dalam waktu dua puluh sembilan bulan.
Pertanyaan Pertama
"Kepada siapa sedekah diberikan?"
Jika pertanyaan ini ditanyakan kepada kita, barangkali kita akan menyebut, fakir miskin, anak yatim, janda, orang yang berhutang atau sejenisnya.
Tapi ketika pertanyaan ini kita ajukan pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz, maka seketika orang-orang kala itu akan kebingungan.
Kenapa?
Karena pada zaman itu hampir tidak tersisa satu pun orang-orang yang kita sebutkan di atas berada dalam kondisi yang kekurangan.
Bahkan indikasi kemiskinan seseorang pada zaman Umar bin Abdul Aziz bukanlah apa yang sudah mereka miliki, tapi salah satu indikasinya adalah kesanggupan melunasi hutang.
Negara bahkan memberikan bantuan pada mereka yang berhutang meski orang yang berhutang itu memiliki rumah yang bagus, kendaraan/tunggangan yang baik, dan makanan yang cukup.
Maka sudahkah tergambar bagaimana kondisi masyarakat saat itu?
Semoga meski sudah tergambar tidak lantas membuat kita merasa cukup dan berhenti penasaran tentang sosok Umar bin Abdul Aziz dan revolusi yang dilakukannya.
Pertanyaan Kedua
Lantas, bagaimana bisa hanya dalam waktu dua puluh sembilan bulan, satu orang ini sanggup membalikkan kondisi hampir tiga ratus enam puluh derajat?
Ustadz Herli Ghulam Faizi, Lc. dalam bukunya yang berjudul, "Umar bin Abdul Aziz 29 Bulan Mengubah Dunia" yang E-booknya diterbitkan oleh Cahaya Siroh pada bulan Agustus 2012, menjabarkan dengan cukup praktis dan jelas bagaimana sosok Umar bin Abdul Aziz mulai dari kelahiran hingga kematiannya.
Salah satu faktor penting dari keberhasilan pemerintahan Umar bin Abdul Aziz adalah karena ia meletakkan kembali Al Quran dan As Sunnah sebagai pedoman yang pertama.
Bagi siapa?
Bagi dirinya beserta rakyatnya.
Ah, masa iya? Kok bisa?
Iya, beneran deh.
Itu karena, ternyata, Umar bin Abdul Aziz sudah hafal Al Quran (Hafizh) sejak kecil.
Itu karena, ternyata, Umar bin Abdul Aziz sudah hafal Al Quran (Hafizh) sejak kecil.
Artinya sebelum sampai pada usia baligh sosok pemimpin kharismatik ini sudah lekat jiwanya dengan Al Quran dan As Sunnah. Bukan sekedar dihafal tapi tentu juga ditelaah lagi maknanya di bawah bimbingan para ulama.
Hmm, kok Al Quran disambungin sama kesuksesan Umar. Apa hubungannya?
Umar bin Abdul Aziz adalah adik ipar sekaligus sepupu khalifah sebelumnya, yaitu Sulaiman bin Abdul Malik. Tersebab wasiat Sulaiman maka Umar pun diangkat menjadi pemimpin penggantinya.
Namun, perhatikanlah apa yang Umar sampaikan ketika berita pengangakatannya disampaikan pada para rakyatnya, di bawah ini:
"Wahai sekaliam manusia! Sesungguhnya aku telah diuji dengan urusan ini tanpa meminta pendapat dariku sebelumnya, dan akupun tak pernah memintanya, juga tanpa meminta ummat muslim bermusyawarah di dalamnya. Maka dari itu, aku bebaskan kalian semua dari bai'atku. Silahkan memilih (pemimpin) untuk diri kalian!"
Maka semua yang hadir di sana satu suara meneriakkan, "Kami semua memilihmu, wahai Amirul Mukminin! Kami semua ridha padamu. Pimpinlan kami dengan baik dan berkah!"
Ketika suara sudah hening dan semua orang sudah menyatakan keridhaan padanya untuk menjadi khalifah, maka ia mulai khutbahnya dengan memuji Allah Swt. dan bersholawat atas Nabi Saw., lalu berkata:
"Aku wasiatkan kepada kalian taqwa kepada Allah. Karena taqwa kepada Allah adalah tumpuan segala sesuatu dan tidak ada tumpuan selainnya."
"Maka beramallah untuk kehidupan akhirat kalian, karena barangsiapa yang beramal untuk akhiratnya niscaya Allah akan mencukupi urusan dunianya."
"Perbaikilah apapun yang tersembunyi dari niat-niat kalian, karena dengan begitu Allah akan memperbaiki apa-apa yang nampak dari kalian."
"Perbanyaklah mengingat kematian dan perbaikilah persiapan kalian sebelum ajal datang, karena hal itu (kematian) adalah penghancur kenikmatan."
"Barangsiapa yang tidak mau. Sesungguhnya ummat ini tidak berselisih dalam masalah Tuhannya azza wa jalla, juga tidak berselisih dalam hal Nabinya saw., juga bukan pada kitabnya. Tapi ummat ini berselisih dalam urusan Dinar dan Dirham (harta)."
"Demi Allah aku tidak akan memberikan kebathilan kepada seseorang, dan tidak pula melarangnya dari kebenaran."
"Wahai sekalian manusia ! Barangsiapa taat kepada Allah maka ia wajib ditaati dan barangsiapa bermaksiat pada Allah maka tidak ada ketaatan kepadanya. Taatlah kalian padaku selama aku taat kepada Allah, dan jika aku bermaksiat pada Allah maka kalian tidak wajib menaatiku."
Demikianlah khutbah pertama di hari pengangkatan Umar bin Abdul Aziz. Kita dapat melihat dengan jelas, ketika seorang pemimpin menempatkan taqwa kepada Allah sebagai ukuran apakah ia patut ditaati atau tidak. Maka kita akan dapati sosok pemimpin yang tidak senang rakyatnya menzholimi atau dizholimi bahkan oleh tangan sang pemimpin sendiri.
Zakatnesia
Salah satu ciri maupun tolak ukur keberhasilan seorang pemimpin seringkali dapat dilihat dari kondisi perekonomian masyarakat saat masa kepemimpinannya.
Salah satu ciri maupun tolak ukur keberhasilan seorang pemimpin seringkali dapat dilihat dari kondisi perekonomian masyarakat saat masa kepemimpinannya.
Pada masa Umar bin Abdul Aziz didapati negerinya aman (sangat sedikit tindak kriminal,kalau pun ada), tenteram dan sejahtera. Semua berkecukupan.
Dan salah satu sebab kondisi ini adalah karena pendapatan negara dibagikan secara merata dan disalurkan sesuai dengan kebutuhannya bahkan dikelola supaya dapat memberdayakan masyarakat.
Uang zakat dari baitul maal disalurkan untuk mencukupkan kehidupan para fakir miskin dan anak yatim, memberdayakan mereka sehingga mereka dapat hidup mandiri.
Segala uang yang terkumpul digunakan sebaik-baiknya untuk kesejahteraan masyarakat serta untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
Jikalau saat ini kita dapati masalah di negara kita. Misal, sebutlah kualitas guru yang kurang baik terutama di daerah pelosok, minimnya perpustakaan layak, banyaknya warga fakir dan miskin, mahalnya biaya kesehatan, mahalnya harga kebutuhan pokok termasuk daging.
Ternyata kita pun bisa turut aktif untuk menangani masalah di atas. Tidak perlu melulu menuntut pemerintah untuk melakukan ini dan itu, tapi kita tidak berbuat apa-apa.
Apa yang bisa kita lakukan?
Nah, langkah paling sederhana adalah dengan membersihkan harta kita. Dengan membayarkan zakatnya. Atau setidaknya menyedekahkan maupun menginfaqkannya di jalan yang baik.
Dompet dhuafa dapat menjadi salah satu pilihan yang baik, insya Allah. Beberapa persoalan yang sempat disebutkan di atas insya Allah sudah disediakan solusi positifnya oleh rekan-rekan Dompet Dhuafa.
Ada banyak programnya, seperti Sekolah Guru Indonesia (SGI), Community Farming, Gemari Baca, Sekolah Literasi Indonesia, Beasiswa Anak Tani (BAT) dan masih banyak lagi.
Sekurang-kurangnya kita dapat meneladani sosok Umar bin Abdul Aziz yang menjaga kebersihan harta dari apa-apa yang sejatinya bukan milik kita.
Karena rezeki kita sejatinya hanya dua, yakni yang kita sedekahkan dan apa yang kita makan. Demikian pesan tauladan sejati Rasulullah Muhammad Saw.
#semangatbermanfaat😊
#ayoberbagi
#zakatnesia #dompetdhuafa
#ayoberbagi
#zakatnesia #dompetdhuafa
14 Ramadhan 1437H
Komentar
Posting Komentar