Teguran Pertama
Sore itu mendung. Entah hari apa tepatnya saya tak betul-betul ingat. Yang jelas hari itu saya sampaikan di grup wali murid bahwa kepala sekolah telah menetapkan bahwa mulai tahun ajaran ini menabung di bank wajib bagi setiap murid.
Tetiba ada wali murid yang komentar, tak pedas, tapi cukup membuat saya sedikit gagap menjawab karena khawatir salah ucap.
Pertanyaannya sebetulnya sederhana, tapi sedikit menantang.
Sejak kapan memangnya diwajibkan? Kenapa menabungnya harus di bank?
Kurang lebih begitu inti pesannya.
Sore itu hujan turun tepat saat ojek pesanan saya tiba di sekolah. Tersebab hujan yang semakin deras itulah saya membaca pesan wali murid tadi, dan akhirnya sempat lebih dulu konsultasi dengan pak kepsek. Dan pak kepsek ternyata sudah japri si wali murid. Menjelaskan panjang kali lebar. Dan saya pun jadi ikut belajar.
(Ini mah skenario Allah yang kesekian yang kerennya pake banget..😁. Coba kalau ga hujan, bingung kali tuh jawabnya. Bisa miskom pula kali.)
Saya tunda merespon pesan si wali murid sampai saya selesai sholat magrib. Dan saya coba tanggapi sebijak mungkin. Alhamdulillah no comment lah si wali murid.
Satu hal yang saya bisa ambil pelajaran, berkomunikasilah dengan baik sama wali murid. Jangan pas ada tugas, arahan atau hal-hal yang sifatnya turunan dari sekolah saja yang perlu disampaikan. Padahal faktanya, segala informasi & komunikasi yang menunjang hubungan baik dengan pihak wali murid pun amat sangat penting.
Jadi ketika terjadi kejadian yang tak terduga, wali murid tak lekas curiga. Karena mereka sudah mengenal kita.
Dan tak usahlah terlalu panik, jikalau tetiba muncul tanggapan tak terduga. Maka lakukanlah tugasmu sebaik-baiknya, dan jadikan itu jaminan bahwa kamu bekerja dengan profesional lagi bertanggung jawab.
Jadi ketika ada yang tanya, kenapa begini..kenapa begitu.. yaaah kamu tau lah harus jawab apa..😁
#yuklahsabarcuy
#sholihituproses
Bersama Jumat mubarok
2 Sept 2016
Komentar
Posting Komentar