Cinta Bersujud di Mihrab Taat

Bismillah..
Dan sesungguhnya Kami telah mengetahui orang-orang yang terdahulu di antara kalian. Dan sungguh Kami mengetahui pula orang-orang yang mengakhirkan diri.

#Qs. Al Hijr [15]: 24

Kalimat (ayat) itu menghujam masuk, menukik tajam, dan membangkitkan kembali rasa malu, pengendalian diri, dan taqwa. Ya, para sahabat Rasulullah itu menjadi guru-guru kita dalam menyadari bahwa cinta harus bersujud di mihrab taat.*

Di jalan cinta para pejuang, kita lalu menjaga pandangan. Karena yang sebagian adalah hak kita, dan yang lain adalah milik syaithan.

Di jalan cinta para pejuang, kita lalu menjaga pendengaran. Karena apa yang masuk ke telinga seringkali membentuk bayang-bayang di celah otak.

Di jalan cinta para pejuang, kita menjaga indera pembau. Karena syahwat datang melaluinya seringkali tanpa mengetuk pintu.

Di jalan cinta para pejuang, kita lalu menjaga kulit dari persentuhan-persentuhan yang tak diperkenankan. Karena kenangannya sulit dilupakan. Karena kepala yang ditusuk dengan jarum besi menyala, begitu sabda Sang Nabi bersabda dalam redaksi Imam Ath Thabrani dan Al Baihaqi, jauh lebih baik daripada menyentuh kulit yang tak halal bagi kita.

Di jalan cinta para pejuang kita lalu menjaga diri atas hubungan-hubungan antara manusia.

Bahwa berbicaranya wanita dan lelaki memiliki adab-adab tersendiri.

Bahwa di antara kata-kata, ada yang berubah menjadi sihir berbahaya.

Ketika kata-kata bernada menjadi pembicaraan khusus, maka ia berdenting, meresonansi dawai-dawai syahwat dalam hati.

Di jalan cinta para pejuang kita lalu tahu, bahwa dekatnya fisik dan panjangnya interaksi tak dianjurkan ketika kita berkomitmen menjaga kesucian diri.

*kisah lengkapnya, lihat di asbabul nuzul.



Sumber:
Jalan Cinta Para Pejuang_ Salim A. Fillah
Hal. 288




#marimenjadisholih
#edisibelajardarisahabat
#bismillah





Mari merenung, 30 September 2016

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Petualangan

Prasangka

Adik dan Kakak