Bintang Kecilku

Kesan Pertama Sudah Menggoda
Oktober awal kali pertama kita berjumpa. Tak pernah ada sapa sebelumnya. Ini sungguh kali pertama.

Tapi dengan ramah dan tatapan penasaran mereka mengecup tanganku. Terpana rasanya.

Beberapa hari berlalu, dan aku mulai menghafal nama mereka satu per satu, mengingat rutinitas mereka. Dan banyak hal luar biasa yang lagi-lagi membuatku terpana.

Mereka duduk makan bersama, setelah berdoa dan mencuci tangan, tak ada lagi suara riuh. Masing-masing sibuk melumat makanan dalam mulut. Menikmati makanan yang memang nampak nikmat.

Setelah selesai makan, mereka akan memunguti makanan yang terserak lantas mencuci tempat piring dan sendok yang mereka gunakan. Untuk kesekian kali aku terpana.


Lain Hari
Suatu ketika aku dimintai tolong oleh Bu Nadia membereskan beberapa barang yang terserak (kala itu masih asisten guru). Dan ada seorang anak yang tanpa diminta sigap membantu, "Sini bu, aku bantu."

Dan untuk kesekian kalinya aku terpana.
Kalau panah itu bisa melubangi hatiku, mungkin hati ini sudah berlubang sana sini.. :)


Panik dan Cemburu
Beberapa pekan kemudian jabatanku naik satu tingkat, menjadi guru. Bu Nadia yang tengah hamil besar tak lagi sanggup fokus mengajar, dan aku diamanahinya tugas ini.

"Aku kangen bu Gati..." kali lain mereka berucap "Aku kangen bu Nadia.."

Rasanya hatiku seketika berlubang..
Aku cemburu..

Kala mereka memuja ibu yang lain..maka dimana aku saat itu di hati mereka?

Seketika lemas..
Tapi toh, air mata itu harus diseka bahkan sebelum menetes.. Ini soal harga diri.

Dengan suara tertahan dan helaan nafas yang panjang, aku bertanya, "Memang kenapa sama bu Gati? Bu Nadia?.."

Dan mereka akan berkisah panjang lebar. Mengurai kenangan indah bersama nama-nama indah itu.

Maka, aku coba meresapi kisahnya. Dan dalam hati aku berkata, "Ibu akan buat kalian jatuh cinta sama ibu lebih dalam daripada sama Bu Gati dan Bu Nadia. Kalian akan susah lupa sama ibu.."

Tapi yang terjadi justru sebaliknya, di penghujung pekan pertama aku mengajar. Jumat kala itu, selepas zhuhur aku terlelap sejenak.

Entah mengapa aku bermimpi dan saat terbangun air mata mengalir deras beserta nafas yang tersengal.

Besok libur, aku dan anak-anak tidak bertemu, masih dua hari lagi kami baru berjumpa. Tapi siang itu aku sudah sangat merindu..




Ya, mereka sudah membuat aku terpana.
Inilah mengapa panggilan Ibu itu menjadi begitu istimewa ketika mereka lantunkan untukku.


Mereka bukan adik..bukan anak yang lahir dari rahimku...tapi mereka terbentuk sebagian oleh pengaruh perbuatanku.


Maka aku merasakan sedikit berat beban seorang ibu..


Aku belajar menangani emosi mereka
Aku berlatih menghafal ayat Al Quran dan hadits bersama mereka
Aku berusaha menyenangkan dan menenangkan mereka
Aku belajar melindungi fisik mereka dari penyebab rasa sakit
Aku belajar merancang kenangan indah untuk kebahagian kami
Aku mendapat curahan ilmu dan nikmat yang jumlahnya tak terhitung..


Mereka bintang kecilku..
Yang setitik luka mereka membuatku merasa sakit jua..
Yang semburat senyum mereka membuatku bahagia seketika..
Yang sebuah doa dari mereka menenangkan sebagian resahku..


Seuntai Doa menuju Perpisahan Kita
"Ya Allah jadikan mereka sebaik-baik manusia dalam pandangan-Mu..
Jadikan mereka pribadi-pribadi yang mencintai Rasul-Mu..
Dan jadikanlah mereka seorang muslim yang berbakti kepada kedua orang tua dan bermanfaat bagi umat. "


"Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?"





Bersama mereka di hatiku
Mei 2016








Komentar

  1. Masyaallah... bacanya sampe nitik air mata...trima kasih bu anis atas bimbingan, kasih sayang yg diberikan pada putra putri kami... kami selalu mendoakan yg terbaik utk bu anis... amin

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Petualangan

Prasangka

Adik dan Kakak