Berhenti Sejenak
Sebuah drama korea berjudul Misaeng membuka awal cerita dengan filosofis tentang jalan.
Sang penulis cerita mengatakan banyak hal tentang jalan. Salah satunya ia mengatakan bahwa jalan itu ada karena manusia terus berjalan. Dan terkadang kita akan temukan dua jalan yang bercabang. Dua jalan yang sama-sama belum kita benar-benar tahu tentangnya.
Ini mengingatkan saya bahwa sejatinya kehidupan kita adalah sebuah perjalanan. Perjalanan yang panjang, seringkali berliku dan terkadang membingungkan.
***
Ketika perjalanan amat jauh. Maka keyakinan dan kegigihan kita untuk bisa sampai pada tujuan akan selalu diuji.
Bisa saja di tengah jalan kita terantuk batu, kelaparan, kehausan bahkan sampai melihat fatamorgana.
Penglihatan, pendengaran bahkan seluruh indera seorang musafir senantiasa menentukan, bagaimana ia akan melalui perjalanannya.
Para musafir yang masih muda dan belum banyak pengalaman bisa jadi mudah patah arang. Tapi ketika keinginan mundur itu terbesit, sang musafir muda semestinya berhenti sejenak.
Melihat sekeliling, mencoba mendengar dengan seksama, dan pelan-pelan merenungkan tentang perjalanannya. Kemudian berusaha kembali mengisi kantung semangatnya dengan jutaan prasangka baik. Sehingga ia dapat kembali melanjutkan perjalanan.
***
Jika kita meyakini perjalanan hidup itu panjang, maka berhenti sejenak pun salah satu hal yang dibutuhkan.
Sudahkah kamu sholat hari ini?
Karena sejatinya sholatlah perhentian sejenak seorang muslim.
Bersama mentari pagi
Di awal mei
Komentar
Posting Komentar