Pecahan Kasus 1
Ia bermain kesana kemari.. sendiri.
Seorang anak lelaki dengan pakaian santai berlari dan mengelilingi gedung sekolah siang ini.
Ia murid saya. Termasuk salah satu yang paling sulit diajak masuk dan belajar di dalam kelas.
Bagi yang pertama kali bertemu mungkin akan menilainya nakal dan tak mudah diatur.
Tapi, hampir dua pekan saya mengajar, hari ini saya baru sadar ternyata sebetulnya anak ini hanya lugu.
Tak jarang ia ucapkan perkataan kotor khas anak iseng, tak jarang ia tak patuh untuk belajar.
Tapi kemarin saya melihat ia anteng saat belajar berdua bersama temannya (saat belajar berkelompok). Ia memang berdiri, tapi raut wajahnya jelas menggambarkan ia berusaha mencerna apa yang dibaca temannya dari buku.
Dan ia nampak ramah layaknya anak kebanyakan saat saya bagi makanan. Bertanya, ini apa bu?
Ia hanya belum paham..sepertinya..
Itulah mengapa ia begitu bebas berbuat semaunya.
Ia hanya belum tau bagaimana cara meluapkan emosinya dengan baik.. sepertinya..
Itulah mengapa ia berbuat hal yang 'mencengangkan'
Ia hanya kesepian.. sepertinya..
Itulah mengapa ia nampak menerawang meski sedang berlari tak karuan.
Matanya tak bisa berbohong.
Ia hanya tak banyak pengalaman.. sepertinya..
Itulah mengapa ia tak mudah diajak berkomunikasi awalnya.
***
Hari ini saya pun mendapat sedikit cerita tentangnya. Ayah dan bundanya bekerja.
Saat pulang tak banyak waktu mereka berbincang dengannya.
Maka kami para guru menyimpulkan, mungkin di sinilah awal persoalannya.
Tapi, ada hal yang lebih menyedihkan. Saat seorang guru senior bercerita, bahwa si anak pernah berkata, cuma ibu aja yang bilang aku anak baik. Orang-orang bilang aku anak bandel.
Ia ternyata 'belajar' menjadi nakal justru karena cara pandang dan ucapan orang di sekelilingnya yang tak ragu-ragu lekas mengecapnya nakal.
Kalau sudah begini, kemana ia akan pulang?
Semua mata seolah menyudutkan dan menyalahkannya.
Kamu nakal
Kamu ga pinter
Ga ada yang sayang kamu
Ga ada yang perhatiin kamu
Mungkin itu yang sempat ia pahami di benaknya.
***
Namanya....
Hanya saya rapal dalam-dalam..
Smoga Allah berikan kami kesabaran.. supaya kamu jadi makin sholih ya nak..
Smoga nanti kamu ga kesepian lagi..dan mulai bisa ikutin pelajaran dengan baik.
Ya Allah..
Bismillah..
Hari ini..di Jumat penuh berkah ini saya kembali diingatkan bahwa..
Guru itu sosok yang begitu penting bagi muridnya..
Ia akan jadi savior atau killer kepribadian muridnya..
Dan saya jadi teringat..
Mereka yang sempat merasakan betapa tak enaknya tak juga paham..
Betapa tak enaknya berjuang sendirian..
Betapa tak enaknya ketinggalan dari yang lain..
Betapa tak enaknya menjadi bodoh dan tak bisa apa-apa..
Merekalah yang sebetulnya menyemangati saya untuk bermimpi menjadi seorang 'guru'.
Ingatlah, kisah ini nis..
Kalau kamu lupa.. apa sebab kamu pilih ini.
Kalau kamu mulai putus asa & tertekan dengan kondisi yang begitu menantang.
Ingatlah kisah ini nis..
Renungan Jumat malam
5 Agustus 2016
Komentar
Posting Komentar