The Secret of Enlightening Parenting [Bagian A]


Anakku Tamu Istimewa dari Tuhanku



Mari kita cermati dan bandingkan.
Jika kita mendapat tugas memimpin sebuah perusahaan, sebuah organisasi, atau sebuah proyek penting, apa yang akan kita lakukan?

a.    Bukankah kita akan menyusun visi dan misi yang tertulis dengan jelas?
b.    Menentukan target-target pencapaian, mengevaluasi hasilnya dalam rapat kerja yang terjadwal?
c.    Membuat catatan evaluasi atas hal-hal yang perlu diperbaiki?
d.    Berdebar-debar menunggu hasil evaluasi kinerja dari pihak-pihak yang terlibat?
e.    Mempersiapkan strategi komunikasi terbaik dan hal penting lainnya?

Semuanya dilakukan sedetail dan sebaik mungkin. Bahkan jika kita merasa kurang mampu, kita akan mempersiapkan serangkaian pelatihan demi mencapai hasil yang maksimal.   
Lalu, jika anak sungguh penting bagi kita:

1.    Apakah yang sudah kita lakukan ketika Tuhan memberikan tugas penting kepada kita sebagai pemimpin bagi anak-anak kita?
2.    Sudahkah kita memiliki visi dan misi yang jelas dan tersosialisasikan pada seluruh anggota keluarga?
3.    Adakah catatan pencapaian?
4.    Sudahkah mengevaluasi hal-hal yang perlu diperbaiki?
5. Apakah sudah dengan sungguh-sungguh mendesain strategi komunikasi yang efektif untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan pada anak?
6.    Menambahkan ilmu yang diperlukan?
7. Sudahkah memiliki jadwal pertemuan keluarga untuk mendapat umpan balik dan membahas isu-isu yang dianggap penting?
Atau..
8.    Apakah sudah secara berkala menanyakan harapan dan penilaian anak terhadap diri orang tua?

Tidak sedikit anak yang hanya mendapatkan sisa-sisa tenaga ayah ibunya karena mereka seharian telah sibuk mencari nafkah. Atau peran orang tua hanya dianggap sebagai kegiatan rutin (jika ayah ibu tinggal di rumah).

Jadi, apakah sudah sungguh-sungguh selaras antara pernyataan kita bahwa anak adalah bagian dari sosok penting dalam kehidupan kita dengan perbuatan kita senyatanya?

Anak hadir melalui proses diundang oleh kedua orang tuanya, dan ketika Tuhan menghendaki, hadirlah ia, seberapa pun keras usaha anda untuk mendapatkan maupun mencegahnya. Maka, selayaknya sebagai tamu istimewa yang kehadirannya menjadi sebuah assignment dari Tuhan, perlu usaha istimewa pula untuk melaksanakan tugas ini. Sehingga kelak ketika kinerja kita dinilai dalam pengadilan tertinggi yang akan dipimpin langsung oleh Yang Maha Memberi Tugas, kita bisa mempertangggungjawabkannya.


# # #


§  PRINSIP PENGASUHAN

a.    Manusia Lahir Fitrah
Manusia lahir tidak berupa kertas putih, Tuhan telah membekali dengan potensi-potensi baik.

Fitrah = Potensi

1.    Fitrah Iman
Pintu utama potensi baik adalah percaya kepada Tuhan. Setiap insan terlahir dengan keadaan telah bersaksi tentang keesan Allah. Dan kesaksian ini adalah dasar dari tegaknya iman.

Melalui iman yang sifatnya potensial inilah, anak memerlukan contoh teladan agar potensinya mewujud menjadi nyata.

Wujud nyata potensi iman adalah ketaatan hingga terjaga untuk mempertahankan sifat dan perilaku yang sesuai dengan yang diperintahkan Allah serta menghindari sifat dan perilaku yang dilarang Allah.

2.    Fitrah Bertahan Hidup
Bayi yang lahir memiliki berbagai refleks bertahan hidup; refleks menghisap, menggenggam, berenang, menjerit ketika lapar, dll.

3.    Fitrah Belajar hingga Piawai
Terbukti ketika anak baru belajar berjalan, meski berkali-kali jatuh dan terantuk, berkali-kali pula ia mencoba bangun, berdiri dan mencoba berjalan kembali.

4.    Fitrah Kasih Sayang
Senang menyayangi dan suka disayangi.

5.    Fitrah Interaksi
Contohnya bayi akan gembira jika diajak berinteraksi.

6.    Fitrah Seksualitas
Potensi sesuai jenis kelaminnya.

7.    Fitrah Tanggung Jawab
Potensi ini muncul biasanya pada saat anak melakukan kesalahan (contohnya dengan berkata jujur). Respon orang tua akan mempengaruhi perkembangan potensi ini.


b.    Tugas Orang Tua menjadi teladan, Mengingatkan, dan Memperbaiki
Potensi adalah kondisi laten (tersembunyi) yang memerlukan pengetahuan dan latihan untuk menjadi kompetensi. Meski manusia lahir telah membawa potensi-potensi baik, potensi baik tetap memerlukan sarana untuk mewujud menjadi sifat, sikap dan perilaku agar berfungsi secara optimal.

Berbagai penelitian menyebutkan bahwa keterlibatan ayah yang secara benar memegang prinsip pengasuhan, akan meningkatkan kemampuan anak pada aspek kognisi, emosi, dan sosial.

Ø  Aspek KOGNISI ditandai dengan kemampuan akademis serta kemampuan menyelesaikan masalah.
Ø  Aspek KEMATANGAN EMOSI membuat anak tidak mudah depresi dan stres.
Ø  Aspek PEMAHAMAN SOSIAL ditandai dengan sikap konsisten terhadap peraturan dan hubungan antarmanusia yang lebih baik.

Maka, baik ayah maupun ibu memiliki 3 tugas penting untuk mewujudkan potensi ini menjadi kompetensi yang optimal, melalui:

1.    MENJADI TELADAN
Memberikan contoh nyata dari perilaku yang mencerminkan 7 potensi baik tersebut dan perilaku lain sesuai dengan yang dikehendaki Allah agar bisa ditiru anak.

2.    MENGINGATKAN
Mengingatkan anak untuk tetap berpegang pada jalan yang dikehendaki Allah dengan cara mengenal, mencintai dan mematuhi, Allah.

Proses mengingatkan ini tidak semata-mata karena nafsu untuk dituruti oleh anak. Mengingatkan adalah menumbuhkan kembali kesadaran atas janji pada Ilahi sesuai dengan fitrah iman.

3.    MEMPERBAIKI
Artinya ketika anak melangkah ke alur yang keliru, dengans egera anak dibimbing untuk kembali ke jalan yang lurus.


c.    Konsisten-Kongruen, sabar dan Kasih Sayang sebagai jalan

Konsisten berarti teguh dan fokus pada tujuan, sedangkan kongruen bermakna selaras dan sebangun. Penggabungan 2 sifat ini bermakna bahwa orang tua harus berpegang teguh pada tujuan utama untuk menjaga potensi baik anak dengan cara menjadi teladan, senantiasa mengingatkan serta memperbaiki.

Sebagai teladan, tentu sikap dan perilaku orang tua harus kongruen dengan nilai-nilai yang ditanamkan pada anak. Ketika anda melarang anak menonton TV (tayangan yang tidak mendidik), tentu anda sendiri juga tidak boleh asyik menonton sinetron yang pesan moralnya kerap kali tidak baik itu.

Konsisten bukan berarti kaku dan menggunakan cara yang itu-itu saja, melainkan juga kreatif menggunakan berbagai cara untuk mencapai suatu tujuan.

SabarMendidik tidak mendadak. Banyak orang mengira bahwa sabar hanyalah sekedar menahan amarah. Sabar juga berarti tidak tergesa-gesa dalam menjalani proses mendidik anak.

Di zaman serba instan ini, banyak orang tua juga ingin serba cepat jadi. Baru sebentar mengajar membaca, ingin anak langsung bisa baca dalam seminggu. Anak dituntut cepat mandiri, cepat bicara, cepat besar, cepat rajin beribadah, cepat pintar, cepat dewasa, dan cepat-cepat lainnya. Tidak jarang anak menjadi bahan eksploitasi untuk kepentingan orang tua, demi nama baik orang tua, atau agar dapat dibanggakan di depan umum.

Ketergesaan itu pulalah yang membuat orang tua sering, sengaja atau tidak, memaksakan kehendaknya pada anak.

Pada prinsipnya, menjaga potensi baik tentulah dengan cara yang baik.

Kasih sayang. Suara keras serta perlakuan kasar dapat menyebabkan kerusakan sistem saraf yang setara dengan anak yang mendapatkan siksaan fisik dan pelecehan seksual. (Martin Teicher, 2014)

Dr. Abdullah Nashih Ulwan dalam bukunya Tarbiyatul Aulad fil Islam, menyebutkan bahwa kelembutan dan kasih sayang adalah dasar penanaman dan pembenahan akhlak.


# # #



§  BENIH-BENIH POHON KETAATAN

Untuk menuju pada ketaatan yang dilandasi rasa cinta kepada Allah, 3 nilai ini perlu disemai dan ditanam :

a.    BERSYUKUR
Syukur adalah kunci dari kesehatan mental, perisai dari kesombongan dan penyelamat dari rasa rendah diri.
Bersyukur adalah mempergunakan nikmat-nikmat Allah dengan sebaik-baiknya sehingga menjadi manusia yang bermanfaat (Prof. Dr. Hamka, Tafsir Al Azhar).

Untuk pandai bersyukur diperlukan iman. Iman bahwa setiap peristiwa yang terjadi ada yang mengatur dan dalam mengatur setiap kejadian Allah mendahulukan kasih sayang-Nya daripada marah-Nya.

b.    MENINGKAT
Berarti terus menjadi lebih baik. Bertumbuh bukan untuk mengalahkan orang lain, melainkan kemauan dan kemampuan untuk berbuat lebih baik daripada yang sudah pernah dilakukan dan mengalahkan kemalasan diri sendiri.

c.    BERMANFAAT
Menumbuhkan kemauan untuk berkontribusi dalam mengupayakan kebaikan dan menghilangkan keburukan ke dan dari diri manusia maupun alam semesta.


# # #



§  Setiap Perkataan adalah Doa dan Perilaku Menguatkannya.
Kata-kata kita, baik yang kita ucapkan pada diri sendiri maupun pada orang lain akan memengaruhi perilaku kita dan orang lain, dan akan menghasilkan program bawah sadar yang berfungsi memproduksi perilaku-perilaku spontan.

Sangatlah penting menjaga keselarasan antara doa dan ucapan sehari-hari.


# # #




§  KESALAHAN-KESALAHAN PENGASUHAN

Di antaranya :

a.    Tidak membiasakan mengambil tanggung jawab

b.    Menanamkan keyakinan yang salah

c.    Berbohong

d.    Labelling

e.    Memberikan ancaman kosong

f.     Suka menakut-nakuti

g.    Disuapi solusi

h.    Pembiaran

i.      Fokus pada dunia.

j.      Pelit melakukan 4 hal ajaib, yaitu:


               ü   Meminta maaf. Anak yang jarang dimintai maaf juga akan sulit meminta maaf.

               ü   Berterima kasih. Anak yang tidak pernah mendapatkan ucapan terima kasih akan sulit menghargai kebaikan orang lain dan bersyukur atas hal baik yang dialaminya.

               ü   Menunjukkan kasih sayang, dapat melalui ucapan, sentuhan atau tatapan mata. Anak yang memiliki tabungan kasih sayang yang cukup akan tumbuh dengan jiwa yang sehat, pe-de, dan penuh empati. Sentuhan dan belaian sayang mmebantu stabilitas kerja saraf, meningkatkan daya tahan tubuh dan meningkatkan fungsi hormonal.

               ü   Memuji. Perhatikan anak anda saat ia melakukan kebaikan. Meski kecil (sederhana). Bermula dari hal-hal yang kecil yang sudah baik inilah, muncul dorongan untuk melakukan hal-hal baik lain yang sama atau bahkan lebih besar, jika dihargai.



Cara Memuji yang Efektif:

ü      Puji perilaku, usaha, dan sikapnya, bukan karakteristik orangnya.
Memuji perilaku, usaha, dan sikap membuat anak merasa yakin bahwa ia mempunyai kendali atas perilakunya.
Perilaku adalah hasil usaha, bukan sesuatu yang melekat, bersifat genetik dan tidak bisa diubah.

ü      Nyatakan konsekuensi positif dari perilaku itu.
Menyatakan konsekuensi positif dari perilaku, usaha dan sikap anak, berarti mengajarkan kepadanya untuk memahami sebab akibat dari sebuah perbuatan.
Pilihlah konsekuensi yang kasatmata dan bukan berupa janji.

ü      Nyatakan dalam kalimat yang sederhana yang mudah dipahami.
Kalimat sederhana memberikan pesan yang jelas, perilaku apa yang diharapkan dan tidak berlebihan.

ü      Tanamkan keimanan untuk siapa/apa dia memelihara perilaku baik itu.
Menanamkan keimanan menumbuhkan keyakinan bahwa perbuatan baiknya bukan sekedar untuk menyenangkan orang lain termasuk orang tuanya sendiri, tapi sebagai bagian dari tujuan penciptaan manusia.


k.    Fokus pada kekurangan, suka mencela, doyan mengeluh



Cara Menegur yang Efektif:

ü   Tegur perilakunya, bukan karakteristik orangnya.

ü   Katakan secara tepat apa kesalahan perilakunya.

ü   Katakan pada anak bahwa dia mampu membuat perubahan atau pernah bersikap lebih baik dari itu.

ü   Tidak mengungkit kesalahan yang lalu.

ü   Tetap cintai orangnya.


 Menegur bukan karena benci, memuji tanpa menjadikan lupa diri.
Menegur ada caranya, memuji ada adabnya.



















Dirangkum dari buku The Secret of Enlightening Parenting karya Okina Fitriani terbitan Serambi.
Jakarta, 23 Desember 2019
ditulis bersama asa untuk kebermanfaat umat

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Petualangan

Prasangka

Adik dan Kakak