Trauma

Melihat..
Lalu Meniru..

Mendengar..
Lalu Meniru..

Itu teknik belajar paling dasar & sederhana. Proses yang justru bisa lebih banyak berpengaruh pada pemahaman alam bawah sadar kita.

Setelah melihat tanpa pikir panjang, lantas ditiru. Setelah mendengar tanpa tunggu paham seutuhnya, lantas ditiru.

Beginilah para pemula seringkali bertindak. Misal, anak-anak.

Pun ketika mereka melihat & mendengar hal yang tak baik/menyakitkan. Mereka akan merespon dengan meniru kembali apa yang dilihat/didengar. Ini mula pertama trauma itu dimulai.

Sekali.. dua kali.. tiga kali..terus dilihat/didengarnya hal menyakitkan itu. Maka pribadinya akan terguncang entah seberapa kadarnya.

Manusia selalu 'belajar' merespon apa yang dialaminya.

Ada orang yang ketika dipukul langsung berteriak, "Aaa...Sakiiiiittt!!!"
Ini biasanya terjadi pada orang yang jarang/sesekali saja dipukul.

Ada orang yang ketika dipukul hanya diam dan menahan rasa sakitnya kuat-kuat. Ini biasanya terjadi pada orang yang terbiasa dipukul.

Menurut saya tentu sangat menyakitkan menjadi seperti orang yang kedua. Tapi begitulah manusia.

Ketika tak ada telinga yang mau mendengar & memahami setiap teriakan yang diucapkannya.
Ketika tak ada yang bersedia betul-betul memahami rasa sakit yang dialaminya.
Maka seringkali yang menjadi pilihan adalah meyakini bahwa "Aku harus sanggup berjuang sendiri. Karena teriakan yang kuucapkan sungguh-sungguh tak didengar siapapun. Karena mereka tak peduli. Maka aku akan bertindak seperti yang kumau."

Beginilah sebuah trauma dimulai.

Maka sungguh Maha Suci Allah yang telah menciptakan 2 mata dan 2 telinga serta 1 lisan.

Maka menjaga betul-betul apa yang tertangkap mata dan telinga adalah sebaik-baik tindakan.

Dan sosok Rasulullah saw. adalah betul-betul sebaik-baiknya suri tauladan. Tindakan dan ucapannya senantiasa terjaga dan dijaga.

Maka mengenalkan sosoknya setelah mengenalkan Allah pada siapapun adalah suatu keniscayaan. Kebaikan yang melahirkan kebaikan.

Dan sungguh segala puji bagi Allah yang selalu memberi penawar pada setiap rasa sakit (kecuali penyakit tua).

Allah jadikan trauma itu sebagai pelajaran dan menampilkan sosok sang Rasul sebagai salah satu penawarnya.

Maka setiap rasa sakit itu ada obatnya. Dan proses penyembuhan juga bergantung pada apakah si pesakit sudah siap diobati atau belum.







Mari benahi pemahaman kita
14 April 2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Petualangan

Prasangka

Adik dan Kakak