Tak Singkat

Sore yang teduh seusai sholat, beberapa ibu duduk sedikit melingkar. Sebuah cerita memecah hening dan membuat seluruh telinga bersiap siaga.

Awalnya kisah tentang si A kelas 6, lalu si B, C beserta kawan lainnya di kelas yang sama. Setiap ibu yang duduk menyimak seksama, sesekali berkomentar dan membumbui dengan pengalamannya.

Singkat cerita, sore itu aku belajar mencerna betul-betul arti tindakan, waktu & proses.

Ada seorang anak yang sampai tak ingin menikah karena takut disakiti. Tersebab semasa balita pernah mendengar pertengkaran kecil orang tuanya. Padahal sang bunda menyangka anaknya sudah terlelap.

Ada seorang anak yang senang dan baru merasa punya 'dorongan' belajar ketika diperlakukan keras. Tersebab sang ayah selalu bersikap keras.

Ada seorang anak yang merasa tertekan dan rendah diri ketika teman-temannya mulai merendahkannya sampai-sampai ia tak punya semangat belajar dan justru asyik belajar pacaran. Tersebab sang bunda pun terus berkata pesimis tanpa penanaman kepercayaan diri, "Kita memang bukan orang kaya nak. Yang sabar aja ya nak!"

Ada seorang anak yang kerap mulai senang berbohong. Tersebab sang bunda amat menekan dan serba melarang. Terus diminta belajar meski sebagian waktu sudah ia kerahkan untuk belajar. Pulang sekolah pukul 5 sore, habis magrib langsung les lagi.

Ada pula anak yang nilainya stabil bahkan berada ditingkat paling atas, meski tingkat kecerdasan maupun daya tangkapnya biasa saja. Tersebab ia merasa cukup aman. Ia cukup bermain saat di rumah, cukup perhatian dan pembimbingan di rumah.

Ada pula anak yang pandai dan cepat memahami, justru menyandang nilai standar. Tersebab orang tua sudah terlanjur mengiangkan di telinganya, betapa nilai yang tinggi itu penting.

Dan masih beragam persoalan yang bermunculan pada setiap anak. Bermula dari hal amat sederhana, kemudian berkepanjangan dan kurang diperhatikan, membuat hal kecil kian membesar.

Pantaslah jikalau Allah menjamin bahwa setiap perbuatan pasti ada balasannya, sekecil apapun itu.

Kisah-kisah tuturan itu membuatku sedikit bertambah paham bahwa sekecil apapun tindakan yang diambil akan ada dampaknya.

Maka memahami betul-betul setiap tindakan kita, pun adalah bagian dari proses pembelajaran diri.

Dan ilmu baru yang aku dapat adalah betapa kita, manusia selalu saling terhubung. Meski kita terlahir sendirian. Pada akhirnya posisi terbaik kita adalah dalam sekumpulan orang, jamaah.

Serta betapa urusan waktu tak bisa ditunda. Maka setiap rasa sakit, takut, ragu, dan tekanan yang kita rasa selalu memiliki batas masanya. Ia akan menjadi bom waktu jika tak lekas ditangani.

Dan setiap 'penanganan' itu selalu membutuhkan waktu. Sedalam perasaan yang terkubur hingga kian meninggi ke permukaan.

Melalui sebuah proses selalu membutuhkan waktu, kesabaran dan niat yang tulus.

Tak akan ada anak yang selamat dari depresi jika para pendampingnya keburu tak sabar membangun kembali kepercayaan diri sang anak. Keburu tak sabar membangun keberanian sang anak.

Tak akan ada anak yang terlahir sehat jikalau para bunda keburu tak sabaran menahan diri mengonsumsi makan sehat sejak masa kehamilan.

Tak akan ada anak yang menjadi tangguh dan sholih jikalau para orang tua enggan membangun pribadi sendiri dan selalu merasa benar lantas menutup rapat-rapat pintu dialog dan komunikasi.


Semua hal kembali ke titik 0
Ketika tak ada upaya konsisten.

Semua hal kembali ke titik 0
Ketika setiap persoalan diacuhkan tanpa penanganan.

Semua hal kembali ke titik 0
Ketika kita tak sabaran. ^^








Carut marut anak kecil sekarang
16 Maret 2017



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Petualangan

Prasangka

Adik dan Kakak